Nha ini dia awal mula dari adanya teknik
pengemasan yaitu pada zaman 4000 SM nenek moyang kita hidup secara
nomaden sehingga dalam melakukan
perjalanan, mereka membutuhkan sesuatu yang dapat menyimpan makanan yang mereka
bawa. Bahan pengemasan zaman dahulu masaih sangat sederhana dengan memanfaatkan
bahan-bahan yang di sediakan oleh alam seperti daun, tulang hewan, tanah liat, serta
pelepah. Seiring bertambanhya zaman dan perkembangan akal manusia penggunaan bahan-bahan dari alam dirasa
kurang efisien sehingga menuntut mereka untuk berfikir lebih jauh mengenai teknik pengemasan makanan. Mereka kemudian
beralih menggunakan gerabah disamping masih mempertahankan kemasan berbahan
daun. Daun pisang, jati, bamboo, jagung, dan palem adalah daun yang sering
digunakan untuk membungkus makanan. Keuntungan dari penggunaan kemasan daun
adalah mudah dicari, murah, dan aman serta bersifat
biodegradable. Penggunaan gerabah juga tergolong aman apabila bebas
dari unsur timbal. Sifat yang dimiliki dari gerabah sendiri anatara lain kedap
air, kedap udara, menghabat mikrobia, dan dingin sehingga cocok untuk mengemas saus,
madu, anggur, serta minyak.
Setelah terjadinya PD II
muncullah kemasan bahan makanan yang berbahan dasar plastik. Plastik memiliki
banyak kelebihan, seperti fleksibel, transparan, tidak mudah pecah, dan tahan
korosif. Hal tersebut membuat penggunaan kemasan plastik bertahan lama dan
populer sampai sekarang.
Daging merupakan bahan makanan
yang sangat rentan terhadap kontaminasi bakteri sehingga menyebabkan daging
cepat basi. Maka dibutuhkan kemasan yang dapat membantu mempertahankan kualitas
dan tekstur dari daging. Kemasan dari kaleng dapat menjawab permasalahan
tersebut, dan pada tahun 1812 diproduksi daging yang dikemas di dalam kaleng
atau biasa disebut sebagai daging kaleng.
Pada tahun 1880 Amerika Serikat
telah mengembangkan produk kertas kedap lemak dan cairan dengan memanfaatkan
lapisan tipis parafin. Teknologi tersebut merambah ke bidang pangan yang
dimanfaatkan untuk pengemasan bahan makanan. Karena kelebihan-kelebihan yang
dimiliki, pada akhir abad ke-19 penggunaan kertas sebagai kemasan cukup
berperan dalam bidang pengemasan.
Lempung yang merupakan bahan baku
pembuatan keramik, ternyata memiliki manfaat sebagai plester atau perekat
kemasan buah dan sayur yang tidak pernah terpikirkan. Hal itu mambuat lempung
disebut juga kesan pintar. Manfaat dari kemasan pintar seperti memperpanjang
masa simpan buah dan sayur, menekan aktifitas hormone etilen yang berperan
dalam pemetangan dan munculnya jamur pada buah sehingga dapat mengurangi jimlah
sampah buah dan sayur. Penemuan teknik sterilisasi manjadi alasan
dikembangkannya pencegah masuknya mikroba dalam proses pengemasan maupun
sesudah pengemasan. Melalui kemasan antiseptic diterapkan melalui penggunaan
karton antiseptic pada produk yang bersifat cair seperti minuman, santan, susu,
dll.
Kemajuan
teknologi dan perkembangan zaman muncullah kemasan yang terbuat dari lilin
lebah, metal selulosa, dan plasticizer. Kemasan yang disebut edible film ini
merupakan kemasan yang dapat manghalangi uap air, minyak, serta oksigen dan
terdapat bahan antioksidan yang dapat mencegah oksidasi lemak. Edible film
merupakan bahan yang digunakan untuk maelapisi buah dan sayur. Keuntungan
penggunaan kemasan edible film adalah meningkatkan kualitas dan stabilitas
makanan, ramah lingkungan, dan dapat dimakan.
Kemasan yang akhir-akhir ini baru
dikembangkan yaitu kemasan biodegradable, yaitu kemasan yang dapat di daur
ulang dan dapat dihancurkan. Salah satu penerapan dari teknologi ini yaitu pada kemasan plastic
yang pada saat ini telah berkembang di Indonesia. Perkembangan lainnya yaitu
karton berlaminasi serta pengemas aktif . karton berlaminasi merupakan bahan
kemasan untuk produk sterilisasi bersuhu tinggi yang diterapkan pada produk
susu steril/UHT. Sedangkan pengema aktif merupakan kemasan yang terbuat dari
bahan fleksibel dengan penambahan zat aditif sehingga dapat berfungsi mengikat
oksigen, mengikat gas etilen, anti pengembunan, serta anti mikroba.